Oleh: HGY
Dendam.
Berawal dari rasa tak nyaman dengan prilaku orang orang lain (bisa jadi hanya sudut pandang si yang melihat) disertai perasaan sakit seluruh jiwa raga. Dendam adalah api yang membakar hati tanpa henti. Bagai membakar kayu yang cepat membara namun abu masih mengotori udara.
Dendam lahir dari rasa sakit yang mendalam, diberikan nutrisi hingga terus tumbuh dalam kebencian dan semakin menguat seiring waktu. Orang yang menyimpan dendam terperangkap dalam masa lalu, sulit move on dan akan mencoba untuk mengingat dan mengulang kembali luka yang pernah dialami.
Alih-alih mencari ketenangan justru semakin terbebani oleh rasa benci yang semakin memanas tak kunjung padam.
Kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuan membalas dendam, melainkan pada kemampuan menahan emosi dan memaafkan. Marah dan dendam hanya akan membawa dalam lingkaran kebencian yang tidak berujung.
Dendam jika dibiarkan berlarut-larut akan menjadikan seseorang gelap mata, kehilangan akal sehat bahkan rela melakukan segala cara demi membalas sakit hati. Berjuang untuk memafkan sebagai jalan terbaik untuk meraih ketenangan jiwa, itu juga tak mudah.
Perlu proses dengan berbagai macam variabel terutama keihklasan jiwa menerima segala bentuk takdir dunia. Tapi segala proses yang berniat untuk kebaikan pasti akan memperoleh hasil baik juga. Dengan memaafkan, seseorang melepaskan beban berat di hatinya dan membuka jalan menuju kedamaian batin dan kebebasan jiwa dari belenggu kejahatan.
Melepaskan dendam bukanlah tanda kelemahan, tetapi bentuk keberanian dan kerendahan hati sebagai manusia.
Bukan hal mudah memang mengendalikan emosi jiwa dengan elemen yang mudah terdistrosi rayuan syaiton terkutuk. Seseorang yang mampu memaafkan memiliki hati yang lapang dan jiwa yang tenang. Cukup sudahi. Terus menyimpan dendam akan selalu dihantui oleh masa lalu dan mungkin tidak menikmati kebahagiaan secara paripurna.
Apakah tidak lelah dengan jebakan dalam lingkaran dendam yang tak berujung?
Bukankah lebih baik memilih memaafkan dan menyerahkan segala urusan kepada Hakim dunia akhirat yang Maha Adil. Biar sang pencipta yang mengatur reward dan punishment, tak perlu kita manusia yang serba tidak tahu ikut-ikut mengupayakan hal yang diluar jangkauannya.