Efisien dan Ketulusan

Oleh: Am. Nasrulloh

Ramai-ramai kebijakan efisiensi disuatu negeri. Semua anggaran konon direvisi, bahkan dikurangi. Imbasnya banyak pekerjaan yang berhenti, tak kuasa lagi dibiayai. Fenomena apakah ini?

Mungkin ini gejala bahwa pemerintah sedang perbaikan. Katanya agar tidak banyak kebocoran anggaran. Ah, tapi banyak pula yang menyangsikan. Karena justru pos pejabat ditambah yang akan meningkatkan pengeluaran pemerintahan.

Mungkin ini pula gejala bahwa negeri ini sudah tak kaya lagi. Uang dihemat berlapis untuk menjaga putaran anggaran. Ah, tapi banyak pula yang menyangsikan. Lagi-lagi karena ada program yang tidak esensial justru menghabiskan biaya triliunan.

Mungkin pula… dan hanya mungkin…

Semua serba asumsi. Karena kita tak tahu banyak tentang isi hati. Karena kita tak tahu apa yang tersembunyi. Pikiran kita tak menemukan jawaban pasti. Selayaknya karakter dunia yang nisbi.

Penghematan adalah proses peristiwa. Memang penting, namun bukan tahap terpenting. Karena proses suatu kejadian diawali oleh niat awal dan dibuktikan dengan dampak yang dihasilkan.

Efisiensi ini dinyatakan benar, jika memang dipastikan niatnya benar dan dampaknya menghasilkan kemaslahatan. Tahap awal adalah penentu semua keputusan.

Niat – Proses – Hasil

Ditentukan oleh awal yang lurus dan bersih. Ketulusan adalah modal untuk memastikan bahwa apapun akan melahirkan kebaikan.

Jadi efisiensi atau tidak? Jadi nga begitu penting lagi.

Yang utama mengapa itu dilakukan. Tulus atau tidak, dampaknya nanti yang akan menunjukkan. 

Efisiensi akhirnya hanyalah cerita hati. Tentang bagaimana ketulusan diawali. Lihat saja ujung yang akan terjadi. Bisa jadi mulia, atau justru hina yang kita didapati.

Yang paling utama (ini pun berlaku bagi kita): Saat banyak aktivitas dijalani, pertaruhan orientasi menjadi sangat hakiki. Menjaga niat dan hati, demi dan hanya karena Ilahi.

InsyaAllah 

Selamat menjaga orientasi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top