Ditulis oleh: HGY
Dunia hanya panggung sandiwara. Skenario yang dibuat sang penguasa dunia tinggal dimainkan dengan sempurna sesuai alur cerita tanpa banyak keluhan.
Namun ternyata hidup tidak sesederhana seperti di drama korea. Netralitas tidak berlaku didunia fana ini. Life is a matter of choice, pilihan kita untuk mengambil jalan yang mana. Bukan tanpa alasan setiap insan di muka bumi ini memilih jalannya sendiri. Tidak ada yang salah dengan pilihan yang diambil, selama ingat dengan konsekuensi yang akan terjadi. Pilihan untuk memihak kubu kiri dan kubu kanan itu hak asasi, karena pasti ada alasan dan mengetahui konsekuensi dunia akhirat.
Kondisi dunia yang sudah semakin tua ini menyadarkan kita sebagai umat Rasullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa ternyata untuk menjadi muslim yang kaffah tidak bisa hanya sekedar menjalankan rukun islam dan iman saja. Makna dibalik semua itu adalah bagaimana memaknai dan mengimplementasikan nilai ketauhidan pada sang pencipta dengan berbagai cara agar Allah ridho.
Masalah yang terjadi pada saudara kita di Palestina, masalah yang ada sudah puluhan tahun lamannya. Kapan berakhir? Wallahualam. Selama kita hidup dengan mendengar dan menyaksikan kondisi ini sudah sepantasnya empati sebagai sesama manusia tergerak. Disinilah keberpihakan kita diuji sebagai yang mengaku muslim dan Muslimah.
Keberpihakan bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai cara ektrim terang-terangan sampai dengan elegan namun bermakna dalam. Apakah dari metode yang diambil itu ada yang keliru? Sepertinya tidak. Setiap orang bisa memilih cara masing-masing sesuai kapasitas dan kemampuan.
Tidak perlu menghakimi pilihan seseorang. Selain profesi bukan hakim, tidak ada hak untuk menghakimi orang lain. Siapakah orang lain itu? Semua insan kecuali diri sendiri. Intropeksi dulu diri sendirI sebelum mengkritik dan menyalahkan pilihan orang lain.
Masalah palestina versus zionis ini bukan masalah lokal yang ringan, tetapi ini sudah akut dan kronis. Mungkin hampir seluruh aspek kehidupan sudah memiliki irisan dari perseteruan ini. Sebut saja produk yang ternyata sudah melekat bahkan dinikmati selama bernafas sudah terasa akrab di aliran darah. Istigfar untuk seluruh ketidaktahuan, introspeksi dan berfikir ulang untuk repurchases. Barang dan jasa yang sudah ternikmati ya sudah tidak perlu di ulang kenikmatannya, tapi tidak perlu juga semua dibuang. Bukankah allah tidak suka dengan kemubaziran?
Ya sudah digunakan saja apa yang sudah dimiliki, tapi tidak perlu diulang. Jauhkan pikiran, niat dan minat membeli kembali produk zionis. Itupun sudah menunjukan keperpihakan. Jika ditanyakan sulitkah? Tergantung prespektif. Jika masih banyak pilihan produk setara mengapa masih keukeuh? Tunjukan keberpihakan dengan tidak membeli produk zionis.
Namun tak perlu juga dzolim pada diri sendiri dengan membuang semua yang terlanjur dimiliki dengan dalih ingin memboikot tapi tidak ada kemampuan membeli barang serupa padahal dibutuhkan. Bagaimana lagi, kemampuan manusia sangat terbatas. Ikhtiar dan berdoa kencang agar saudara dan generasi seiman mendatang bisa menciptakan inovasi produk yang lebih baik dari produk zionis.