Oleh: Syamril
Bayangkan anda punya tabungan 1 Milyar di bank. Jika diprint di buku tabungan tertulis 1.000.000.000. Suatu hari anda ke bank untuk mencairkannya karena butuh modal usaha. Ternyata catatan di rekening Anda angka 1-nya hilang. Hanya tertulis 000.000.000. Anda protes ke bank. Tetap saja tabungan anda tertulis 000.000.000,- dan nilainya nol atau tidak ada. Kerja keras anda menabung selama puluhan tahun hilang semua.
Kejadian di atas bisa terjadi kelak di akhirat. Menurut Prof. KH. Dr. Asep Zaenal Aushop, MA, Guru Besar dan dosen Agama Islam di ITB, amalan itu ibarat angka nol dan ikhlas adalah angka 1 di depan angka nol. Ada orang yang amalannya banyak sehingga angka nolnya juga berderet banyak. Kelak di akhirat ingin dicairkan pahalanya ternyata tidak ada. Mengapa? Karena tidak ikhlas dalam beramal. Hanya ada deretan angka 0, tidak ada angka 1 di depan angka nol.
Bukankah ini sejalan dengan hadist Nabi tentang kisah 3 orang yang amalannya luar biasa? Mujahid syahid di medan perang. Ahli Al Quran mempelajari dan mengajarkan Al Quran. Orang kaya banyak membangun masjid dan membantu orang lain. Tapi di akhirat tidak ada pahalanya di sisi Allah karena tidak ikhlas. Imbalannya sudah diperoleh di dunia yaitu mereka ingin dikenal sebagai mujahid, qari dan dermawan.
Begitu pentingnya ikhlas dalam beramal maka ilmu ikhlas harus terus dipelajari dan diperjuangkan pengamalannya. Bagaimana cara belajar ikhlas? KH. Abdullah Gymnastiar menyebutkan untuk tidak mengharapkan 5 hal saat beramal. Agar mudah diingat disingkat dalam kata TaLiHPBudi yaitu Tahu, Lihat, Hargai, Puji, dan balas Budi.
Pertama, yaitu tahu. Maksudnya jangan amalannya selalu mau diketahui orang lain terutama amalan sunnah. Jangan selalu aktivitas ibadahnya diposting di media sosial. Sebelum diposting periksa dulu niatnya. Apakah untuk pencitraan atau syiar dakwah menginspirasi orang lain. Jika ada unsur pencitraan segera bersihkan niat dan luruskan karena Allah.
Kedua, yaitu lihat. Maksudnya jangan semangat beramal karena dilihat orang lain. Jangan semua amalannya diperlihatkan ke orang lain. Usahakan memiliki amalan rahasia yang hanya Allah dan diri sendiri yang tahu dan melihat. Jika beramal karena ingin dilihat itulah riya’. Rasulullah menyebut riya’ menyebabkan amalan tidak diterima.
Ketiga, yaitu hargai. Maksudnya jangan merasa diri spesial dan berharap dihargai oleh orang lain. Jika tidak diperlakukan khusus maka sakit hati. Jika tidak dipanggil pak haji atau bu hajjah maka tidak menoleh. Jika tidak diberi tempat duduk khusus maka tersinggung. Hati-hati karena itu bisa takabbur atau sombong. Sadari kemuliaan bukan karena kekayaan, jabatan, gelar, keturunan dan status sosial lainnya. Kemuliaan karena ketakwaan.
Keempat yaitu puji. Maksudnya jangan mengharapkan pujian dari apa yang dilakukan. Jika mendapatkan cacian atau cercaan jangan jadi tumbang. Tetaplah berbuat baik meskipun tidak ada pujian. Tetaplah berbuat baik meskipun dihina dan direndahkan. Kebaikan yang dilakukan bukan karena manusia. Bukan mengharapkan pujian orang lain. Semua dilakukan karena Allah. Untuk meraih ridha Allah.
Kelima yaitu balas budi. Maksudnya jangan merasa punya jasa kepada orang lain dari kebaikan yang telah dikerjakan. Nanti berharap ada balas budi. Jika tidak dapat balasan akhirnya kecewa dan tidak ingin berbuat baik lagi. Prinsipnya, lakukan dan lupakan. Kebaikan ke orang lain tidak usah diingat-ingat. Justru yang diingat adalah kebaikan orang lain kepada diri kita. Yakinlah bahwa Allah yang akan memberi balasan sekecil apapun kebaikan yang dikerjakan.
Itulah lima cara belajar ikhlas dari Aa Gym. Jangan semua amalan kita orang lain tahu dan lihat. Milikilah amalan rahasia. Hanya Allah dan diri sendiri yang tahu. Jangan berharap pujian, penghargaan dan balas budi dari orang lain. Berharaplah hanya kepada Allah. Semoga dapat membantu melatih ikhlas beramal karena Allah. Puasa hadir untuk melatih keikhlasan. Hanya Allah dan diri sendiri yang tahu. Hanya berharap pahala, ampunan dan rahmat Allah. Selamat berlatih untuk ikhlas.
Makassar, 13 Ramadhan 1446H