Oleh : HGY

Apakah hakikat merdeka? 

Bebas? Tanpa batas? Tanpa ikatan? Tanpa tanggung jawab? 

Istilah merdeka memiliki evolusi makna sepanjang  waktu berjalan. Ketika suatu negara terjajah secara fisik, maka yang diraih adalah merdeka dari penjajah bertopi besi dan bersenjata laras panjang. Ketika menerima konsekuensi hukuman di balik jeruji besi, tentunya bisa menghirup udara kebebasan adalah kemerdekaan. Lepas dari perundungan teman sekelas karena naik jenjang pendidikan, itu pun merupakan kemerdekaan. Terurai rambut terkena hembusan angin di jalan raya karena kencangnya sepeda motor melaju, itu juga kemerdekaan (menurut mereka… ). 

Merdeka adalah kebebasan  dan hak untuk  menentukan jalan hidupnya sendiri, mengekspresikan diri, dan berpendapat tanpa takut akan tekanan atau intimidasi. Namun terkadang ada variabel yang luput diterjemahkan, kemerdekaan itu bukan tanpa batas. Masih ada aturan main dalam berkehidupan. Merdeka juga ada aturannya, berlandaskan ikatan dan tanggung jawab. 

Sungguh disayangkan, pada praktiknya konsep kemerdekaan seringkali melewati batas. Kemerdekaan yang dicapai dengan susah payah oleh para pahlawan bangsa menjadi kabur maknanya. Setiap tahun pada hari kemerdekaan, hanya segelentir yang memaknai arti merdeka yang hakiki tanpa noda. 

Menyambut hari merdeka sangat lumrah bersuka cita, namun bukan kemewahan dan pesta pora semata. Bukan hanya hingar bingar dengan lantang berirama dan berdansa ceria. Bukan juga terkenyangkan perut ini dengan berbagai lomba menghias tumpeng apalagi kerupuk gantung yang entah apa komposisi gizinya. 

Merdeka adalah sebuah misi mewujudkan ekstistensi diri tanpa merugikan orang lain. Merdeka adalah berbagi ide dan gagasan tanpa intervensi politik. Merdeka adalah dapat menghirup udara segar tanpa takut sergapan aparat. Merdeka adalah dapat beribadah tanpa khawatir dihakimi. Merdeka adalah lepas dari lilitan hutang dan ketergantungan. Merdeka dalam pencapaian ketenangan jiwa bebas dari unsur dendam. 

Dirgahayu hari kemerdekaan tanah air tercinta