Ditulis oleh: Lisa Kustina
Ketika musim semi tiba, aku tersenyum melihat keindahan dan bersyukur atas segala nikmat dari NYA.
Aku terus berjalan kedepan menikmati setiap proses pencapaian mimpi – mimpi yang aku inginkan, dan ketika aku menoleh kebelakang ada sosok ayah yang tersenyum dan mengancungkan jempolnya padaku.
Ketika lelah, aku memiliki bahu untuk bersandar dan kembali mengumpulkan tenaga untuk bangkit.
Ketika hujan deras, tak khawatir akan sakit, ada sesosok ayah dibelakangku memayungiku sehingga aku mampu menikmati hujan.
Ketika ada petir, aku sadar bahwa dunia ini tidak lah 100 persen aman, tapi aku tidak takut karena ada ayah yang menggenggam tanganku.
Ketika hujan rintik – rintik aku bisa berlari-lari kecil, dibelakangku ada sosok ayah yang memperhatikanku dan memastikanku tidak tergelincir.
Ketika aku merasakan angin kencang, lagi – lagi ayahlah yang menarikku supaya tidak terseret angin topan. Angin sepoi-sepoi bagus untukku tapi ayah tidak akan membiarkan aku terseret angin topan.
Tapi kini sosok itu sudah tiada lagi,
Beliau sudah menjalankan tanggungjawabnya sebagai ayah dengan sangat baik.
Mungkin melebihi kemampuannya. Ada kekuatan luar biasa yang mengerakkannya melebihi kemampuannya.
Mungkin itu Cinta.
Cinta seorang ayah untuk putrinya
Sehingga putrinya bisa merasakan cinta pertamanya.
Mungkin kisah kita tidak sesempurnya kisah Nabi Muhammad SAW dengan Fathimah az-Zahra. Tapi bisa menjadi putrimu adalah anugerah. Kau mengajarkanku untuk selalu berbuat baik, membantu yang lemah, tidak membalas perlakuan buruk orang terhadapmu. Tidak lupa kau mengajarkan fokus dengan hal yang positif dan hal – hal yang bisa kita kendalikan. Yang diluar kendalimu, serahkan ke Allah SWT.
Aku juga baru menyadari, berkali kali aku mendapatkan beasiswa bisa mengenyam pendidikan gratis, mungkin ini karena doa dan amalanmu yang sering membantu orang lain. Mungkin dari sedekahmu yang membantu menolong biaya sekolah anak yang membutuhkan. Bukan karena kepintaranku.
Kaupun pergi meninggalkan amalan baik dan aset untuk memastikanku baik baik saja.
Terimakasih Ayah
Kau sudah menyiapkan semua, bahkan diluar kemampuanmu.
Kini aku ingin menjadi amal jariyah bagimu.
Aku ingin membuktikan bahwa aku kuat.
Aku ingin kau melihat bahwa putri kecilmu ini siap dan kuat untuk menghadapi segala ujian dan hambatan
Aku ingin kau melihat bahwa putrimu mampu untuk melanjutkan hidup serta bisa banyak memberikan manfaat.
Aku ingin kau melihat bahwa putrimu tidak bodoh, sehingga bisa dimanfaatkan orang-orang jahat, tapi aku ingin kau melihat bahwa putri kecilmu ini mampu mengulurkan tangan dengan tulus tanpa dimanfaatkan.
Aku ingin kau melihat bahwa putrimu ini mampu naik ke atas tanpa menjatuhkan yang lain.
Aku ingin kau melihat bahwa banyak hal positif yang akan ku lakukan ke depan
Semua untukmu Ayah, semoga bisa menjadi amal jariyah untukmu.
Jika diberi kesempatan, aku ingin mengucapkan dua kata. Terimakasih dan maafkan aku Ayah.
“Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah papaku. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, bersihkanlah beliau dengan air yang jernih dan sejuk, dan bersihkanlah beliau dari segala kesalahan seperti baju putih yang bersih dari kotoran. Dan gantilah tempat tinggalnya dengan tempat tinggal yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkannya juga. Masukkanlah beliau ke surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya, dan siksa api neraka.”Aamiin