Dari Viral ke Viral Lainnya

Kepopuleran membuat konten media sosial menjadi bagian dari kehidupan khalayak modern sehari-hari. Konten yang viral datang dan pergi silih berganti. Entah sudah berapa kali saya menemukan video mengenai tenaga kesehatan yang viral di beranda saya. Sebelumnya, ada video yang ramai tentang seorang influencer dengan rekannya yang merupakan calon tenaga kesehatan. Video terbaru yang viral adalah video mengenai perbedaan penanganan pelayanan pasien peserta sebuah badan negara dengan peserta umum. Meskipun pada akhirnya, para pembuat konten video tersebut meminta maaf kepada publik yang tersinggung.

 

Hal tersebut merupakan video konten kontroversial dari salah satu profesi pelayan publik, belum lagi di profesi lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Apakah dalam hal ini mempertegas survey Microsoft perihal Indeks Keberadaban Digital Indonesia yang tergolong sangat rendah?

 

Sebagai kreator, penting untuk memperhatikan proses pra-produksi (brainstorming) dari konten tersebut, seperti pesan atau nilai apa yang ingin disampaikan. Maka diperlukan keterlibatan kesadaran aspek IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual) dari sang kreator.

 

IQ adalah kemampuan seseorang untuk mengenal dan merespons alam semesta, yang tercermin dalam matematika, fisika, kimia, biologi, dan bidang eksakta serta teknik. Namun, IQ belum mencakup pengetahuan untuk mengenal dan memahami diri sendiri dan sesamanya. IQ lebih mengarahkan pada objek-objek diluar manusia. Perlu diperhatikan bahwa IQ merupakan kadar kemampuan individu dalam memahami hal-hal yang sifatnya fenomenal, faktual, data, dan hitungan. Namun, dalam perjalanan berikutnya, para peneliti mengamati, dan pengalaman memperlihatkan, tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang sukses dalam studi, tetapi kurang berhasil dalam pergaulan sosial.

 

Daniel Goleman, seorang psikolog yang mempopulerkan EQ, menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri serta dalam hubungan dengan orang lain. EQ terdiri atas kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecerdasan emosional bekerja secara sinergis dengan keterampilan IQ. Tanpa EQ, individu tidak akan bisa menggunakan kemampuan-kemampuan IQ dengan potensi maksimum, misalnya dalam hal ini membuat sebuah produk/karya yang diminati oleh banyak orang.

 

Ada juga SQ yang merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna kehidupan, nilai hidup, dan keutuhan diri yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan kehidupan kita dalam makna konteks yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau tujuan hidup seorang lebih bermakna dari pada yang lain. Menurut Ary Ginanjar, kemampuan memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan serta mampu mensinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif sehingga memperoleh ketentraman diri serta memunculkan karakter mulia pada diri manusia. Contohnya ketentraman apakah itu yang ada di video Didit Deelon dengan durasi panjang tanpa aktivitas? 

 

Perlunya kesadaran IQ, EQ, SQ agar kedepan tidak muncul atau setidaknya meminimalisir kejadian serupa yang merugikan beberapa jenis profesi. Para kreator perlu mengetahui nilai-nilai pesan yang ingin disampaikan dan ketentuan kode etik pada atribut profesi yang sedang dijalankan. Karena pesan digital di media sosial bersifat one to many (informasi yang datang dari satu sumber, dapat diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama) yang jika tidak terencana dengan baik responnya bisa saja liar. Selain itu hal ini juga mendorong kreator melakukan interaksi yang lebih sehat, aman, dan saling menghormati.

Ditulis oleh Luthfi Parama

Daftar Pustaka

Agustian, Ary Ginanjar. 2005. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga. 

Goleman, Daniel. 2009. Emotional Intelligence: Why It Can Matter Than IQ. Bloomsbury. 

Heychael, Muhammad, dkk. 2015. Hakikat Komunikasi Massa dan Era Informasi. Universitas Terbuka: Jakarta http://repository.ut.ac.id/4453/1/SKOM4315-M1.pdf 

https://www.voaindonesia.com/a/indeks-keberadaban-digital-indonesia-terburuk-se-asia-tenggara/5794123.html 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top