Oleh: HGY
Gibah atau gosip semakin digosok semakin sip. Sip untuk siapa? Sip untuk yang hobby focus group discussion dalam prespektif negatif. Kenapa orang senang membicarakan orang lain padahal perkerjaan manusia itu banyak tak hingga. Apakah hidup orang lain itu sangat menarik dari pada hidup dirinya sendiri?
Membicarakan orang sebenarnya tidak selalu yang buruk. Kemasan FGD tapi isi materi terkadang tidak sesuai model. Itulah kenapa seringkali lari pada “menggibahi” keburukan orang lain. Seakan lebih mudah melihat noktah hitam daripada kebaikan atau kelebihan orang lain.
Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap diri manusia pasti ada cela. Kenapa sesama pemilik ketidaksempurnaan saling mencela. Apakah rasa kufur nikmat mendominasi minat untuk menyembunyikan kekurangan?
Circle yang berpotensi membicarakan keburukan adalah circle terdekat. Mereka yang lebih mengenal baik buruk karena aktif berinteraksi. Sangat mengherankan jika tahu tidak, kenal tidak, bertemu tidak pernah, tapi menggunjingkan dan digunjingkan. Circle terdekat penggibah, seharusnya menjadi garda depan yang menutupi aib, bukan yang menyebarkan.
Jika tidak bisa menutupi kekurangan orang lain, setidaknya sembunyikan. Bukan jadi hot issue menarik yang akan dibahas pada berbagai komunitas. Renyah dan seru memang membicarakan orang lain apalagi yang menceritakan berbakat menjadi storytelling.
Namun bayangkan, jika objek yang dibahas adalah kita. Fitrah manusia, pasti tergelitik hati dan akan merespon defensif.
Siapa yang suka digibahi? Tentu tidak ada.
Setiap insan pasti ingin terlihat baik bagi orang lain, setidaknya di circle terdekat.