Ditulis oleh: Lisa Kustina
Kadang-kadang, ada orang yang mengatakan kita “bodoh,” “tidak berguna,” atau kata-kata negatif lainnya. Meskipun kita tahu sebaiknya tidak mendengarkan kata-kata negatif dan selalu berpikir positif, kenyataannya adalah bahwa mendengar kata-kata negatif berulang kali bisa mempengaruhi pikiran kita. Tanpa sadar, kita mulai mempercayai bahwa kita memang “bodoh.”
Kata “bodoh” yang masuk ke hati dan pikiran kita biasanya berasal dari orang yang kita hormati atau orang terdekat. Perkataan dari mereka lebih mempengaruhi pikiran dan bawah sadar kita. Sebaliknya, jika kata-kata tersebut datang dari orang yang tidak kita hormati atau yang tidak dekat dengan kita, dampaknya tidak akan sebesar itu.
Nah, yang perlu kita yakini adalah perkataan Allah. Karena Allah SWT lah yang menciptakan kita. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Allah SWT menciptakan kita semua, dan tentu saja ciptaan Allah SWT tidak bodoh. Mengapa kita harus mendengarkan komentar negatif dari sesama manusia? Ketika seseorang mengatakan kita “bodoh,” mereka sebenarnya menghina ciptaan Allah SWT. Selain itu, hanya sedikit orang yang mungkin mengatakan hal buruk tentang kita, sedangkan masih banyak yang menghargai kemampuan dan kecerdasan kita.
Selain itu Allah juga berfirman dalam Surat At-Tin Ayat 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Firman lain dalam Surat Al-Isra’ Ayat 70
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya: ‘Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”
Surat At-Tin Ayat 4 dan Surat Al-Isra’ Ayat 70 menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya. Kita diberi banyak kelebihan dibandingkan makhluk lain. Selain itu, kita bisa melihat kembali apa yang telah kita capai. Apakah kita benar-benar bodoh hingga merasa seperti tidak berharga? Tentu saja tidak, karena Allah menciptakan kita dengan berbagai kelebihan dan potensi.
Otak manusia adalah bagian tubuh yang paling kompleks. Itulah mengapa manusia adalah makhluk paling cerdas. Otak kita memiliki sekitar 86 miliar neuron, dan setiap neuron terhubung dengan yang lain, membentuk sekitar 1.000 triliun sinapsis. Sepotong jaringan otak seukuran butiran pasir mengandung 100.000 neuron dan 1 miliar sinapsis. Satu sinapsis dapat menyimpan sekitar 4,7 bit informasi. Ini berarti otak manusia memiliki kapasitas sekitar 2,5 petabyte, atau 2,500,000 gigabytes. Sebagai perbandingan, 2,5 petabyte cukup untuk menyimpan tiga juta jam acara TV. Artinya kita harus menonton TV non-stop selama lebih dari 300 tahun untuk menggunakan semua penyimpanan itu.
Terbuktikan manusia adalah mahkluk yang paling cerdas, lalu mengapa kita risau dengan sebutan “Bodoh” dari orang yang tidak bisa menghargai kita? Masih ingatkah dengan kisah Thomas Alva Edison dan ibunya?
Thomas Alva Edison, yang dikenal sebagai salah satu penemu terbesar dalam sejarah, memiliki masa kecil yang penuh tantangan. Ketika masih kecil, Edison hanya mengenyam pendidikan formal selama tiga bulan. Guru di sekolahnya menganggapnya “anak bodoh” dan tidak mampu mengikuti pelajaran. Thomas Alva Edison kecil suatu hari pulang membawa kertas untuk ibunya. Ia mengatakan kepada ibunya, “Guruku menyuruhku untuk memberikan kertas ini kepada ibu.” Sang ibu membaca catatan itu, dan seketika matanya berkaca-kaca. Thomas bertanya apa isi kertas itu, dan dengan senyuman, ibunya membacakannya dengan lantang, “Putramu seorang yang jenius. Sekolah ini terlalu kecil untuknya dan tidak memiliki cukup guru yang baik untuk melatihnya. Tolong ajari dia sendiri olehmu.” Ibunya percaya bahwa putranya memiliki potensi besar. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, beliau mulai mendidik Edison di rumah. Beliau memberikan kebebasan kepada Edison untuk mengeksplorasi dan belajar sesuai minatnya. Ibunya menyediakan buku-buku ilmiah, kimia, dan mekanika, yang akhirnya membangkitkan rasa ingin tahu Edison tentang sains dan penemuan. Dukungan tanpa syarat dan kepercayaan ibunya pada kemampuan putranya memberi Edison dorongan untuk terus belajar dan bereksperimen. Berkat bimbingan dan dorongan ibunya, Edison akhirnya berkembang menjadi seorang penemu brilian yang menciptakan banyak inovasi penting, termasuk lampu pijar, fonograf, dan kamera film serta lainnya. Bertahun-tahun kemudian, setelah ibunya meninggal dan Thomas Edison sudah menjadi salah satu penemu dan ilmuwan terhebat di dunia, dia menemukan kertas terlipat dari sekolahnya di antara barang-barang lainnya. Thomas membuka kertas itu dan membaca pesan yang sebenarnya tertulis: “Putra anda seorang anak yang bodoh, kami tidak mengizinkan anak anda bersekolah lagi.”
Kata – kata Bijak dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara positif dan menghasilkan sesuatu yang hebat.