JEBAKAN PERMAINAN

JEBAKAN PERMAINAN

“Gue ngomongin kesalahan dia, karena dia suka ngomongin kesalahan gue”
“Kalau dia ga mulai duluan, gue juga ga bakal lah kayak gini”.
.
Atau di kesempatan lain… .
“Ngapain sih dia ungkap beban masa lalu gue? liat aja gue akan buka kalau dia adalah beban masa depan kita”.
“Ngapain sih loe kritik kebijakan gue? Toh ini juga dilakukan oleh junjungan loe di masa lalu. Paham?”
Lalu si A posting kesalahan si B, dan si B pun akan posting kesalahan si A. (Sampai2 mereka lupa posting kebaikan2nya sendiri.)
Dan lalu…
keluarlah umpatan2 dan julukan2 absurd yg seharusnya disensor tayang.

Lihatlah kawan, seringkali orang menutupi cacat nya dengan menyalahkan pihak lain. Bahkan menyalahkan masa lalu.

Seolah wajar salah, karena toh yg lain juga melakukannya. Seolah wajar mencela, karena yg lain pun melakukannya. Dan seolah wajar curang, karena lawan nya pun telah melakukannya.

Inilah jebakan permainan yang akan terus menjadi lingkaran syetan. Terus menjadi cacat berulang dan kesalahan kolektif yang akhirnya mengeluarkan pernyataan : “Semua sama, tak ada pilihan!” Atau kalaupun memilih hanya karena :
“ini bukan yang terbaik, namun setidaknya ini ga lebih jahat”

Sampai kapan?
Sampai akal sehat kembali pulang?
Atau sampai salah satu terkapar kalah dalam pertandingan yang tak membanggakan?

Lalu kapan kita bisa menjadi penonton yang mendukung dengan keseruan?

Mungkin, sekali lagi mungkin…
Seharusnya, Fokus saja kepada kehebatan sendiri daripada menari menang karena kelemahan lawan.

Karena sejatinya hukum kebanggaan itu, bukan mengalahkan lawan yang lemah atau dilemahkan….
Tapi, saat menang dengan lawan yang kuat bahkan lawan terkuat yang pernah ditemukan.

Tapi entah kemana makhluk yang bernama “menang dengan kebanggaan” itu.
Semoga dia cepat pulang, agar bisa memberi memberi keseruan pada semua perlombaan dan permainan.

End… .
#etikapersaingan
#kebanggaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top